Kamis, 26 Agustus 2010

PKMP-UNESA 2010

A. JUDUL : Pengaruh Kombinasi Waktu Pelepasan Yang Berbeda Antara Diatraeophaga striatalis Tns. Dan Trichogramma chilonis Terhadap Persentase Kerusakan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum linn.) yang Disebabkan oleh Chilo auricilus Dudgeon


disusun oleh :

Zakaria Pratama (ketua 063244232 angkatan 2006)

Iwan Mardiansyah (anggota 063244221 angkatan 2006)

Miftahul Zaini (anggota 073204024 angkatan 2007)


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI


B. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak potensi di bidang pertanian dan perkebunan. Hasil bumi yang melimpah seperti beras, kakao, tebu dan lain-lain merupakan tonggak perekonomian Negara. Hal ini didukung kondisi tanah di Indonesia yang subur.

Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi. Salah satu usaha perkebunan adalah perkebunan tebu serta industri agribisnis gula (Sudarmo, 1988). Tebu merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokan dalam famili Gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk katagori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh membentuk anakan, mengelompok dalam bentuk rumpun dan menghasilkan karbohidrat yang begitu tinggi. Berbeda dengan padi yang satu siklusnya 3-4 bulan, tanaman tebu membutuhkan waktu untuk menghasilkan produksi gula mencapai 11-12 bulan, sehingga memiliki biomassa yang cukup tinggi. Rata-rata bobot tebu yang dapat dihasilkan melalui pengelolaan budidaya yang baik dapat mencapai produktivitas tebu sekitar 1000-1200 ku/ha.

Para pengamat agronomis menyimpulkan bahwa penerapan teknik budidaya tebu secara baik dan benar merupakan salah satu kunci sukses pencapai produktivitas tebu lahan sawah secara maksimal. Hal tersebut terbukti bahwa pengelolaan lahan sawah melalui budidaya tebu secara baik dan benar telah menghasilkan produktivitas gula yang tinggi di beberapa lokasi yang memiliki jenis tanah yang berbeda. Salah satu penerapan teknik budidaya tebu secara baik dan benar adalah teknik pengendalian hama tanaman tebu.

Hama sebagai salah satu kendala produktivitas tebu adalah adanya gangguan hama tanaman. Besar kerugian akibat serangan hama ini sangat bervariasi tergantung dari : (1) Serangga hama meliputi jenis hama, tingkat dan luas serangan, stadia serangga; (2) Tanaman meliputi pengertian varietas tebu, stadia tumbuh/umur tebu, dan kesehatan tanaman; dan (3) Faktor lingkungan antara lain iklim, musuh alami, dan kesuburan tanah. Hama tanaman tebu yang tak terkendali dapat menurunkan produktivitas tanaman tebu itu sendiri. Hal itu akan berdampak pada produktivitas gula yang dihasilkan oleh industri pabrik gula di Indonesia.

Beberapa jenis hama tebu yang penting dan senantiasa menimbulkan kerugian besar adalah : penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, uret, boktor, ulat grayak, tikus, dan belalang.

Secara biologi, suatu hama mutlak harus diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan pengendalian. Hal ini perlu agar setiap upaya pengendalian yang dilakukan benar-benar terarah, kena sasaran, efektif dan efisien. Disamping itu, hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan pengendalian adalah harus mengetahui terlebih dahulu kondisi serangan di lapangan agar dapat ditentukan teknik/cara dan saat pengendalian yang tepat, serta kebutuhan sarana pengendalian yang diperlukan. Sebenarnya upaya pemantauan/monitoring secara rutin sangat membantu tindakan pengendalian yang terarah, efektif dan efisien.

Tanaman tebu merupakan tanaman yang ekosistemnya lebih stabil, sehingga strategi pengendalian hama dan penyakit seharusnya dapat direncanakan dengan baik. Strategi yang dipilih adalah pengendalian hama secara terpadu (PHT), yakni dengan berdasar pertimbangan ekologi, ekonomi, dan sosiologi (Sudarmo, 1988).

Terdapat empat komponen PHT yaitu pengendalian hama secara budidaya, mekanis, hayati dan kimia (Sudarmo, 1988). Dalam penelitian ini PHT lebih di tekankan ke dalam pengendalian hama secara hayati yaitu melalui penggunaan parasit dan predator yang tersedia di alam bebas.

Jenis hama penggerek batang adalah larva Chilo auricilus yang memakan bagian dalam batang tanaman tebu dengan membentuk lubang-lubang gerek. Hama ini menyerang tanaman tebu pada saat tanaman tebu telah berruas. Hama ini dapat dikendalikan dengan parasitoid larva Lalat Jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns) dan parasitoid telur Trichogramma chilonis sebagai pengendali hayati.

Lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns). Lalat Jatiroto merupakan musuh alami dari hama penggerek batang yang banyak menyerang tanaman tebu. Golongan famili Tachinidae sangat spesifik memparasiti hama penggerek batang tebu. Lalat Jatiroto dapat memparasiti hama Chillo spp. pada stadium larva. Lalat jatiroto meletakkan larvanya pada punggung larva hama penggerek, kemudian larva lalat jatiroto memarasiti (memakan) bagian dalam tubuh hama penggerek tersebut sampai mati dan larva tersebut akan berubah menjadi pupa, imago dan akhirnya menjadi lalat dewasa.

Sedangkan, spesies Trichogramma yang diketahui dapat memarasit telur adalah T. australicum, T. chilotraeae, T. chilonis, T. evanescens, dan Trichogrammatoidea armigera. Di Sulawesi Selatan, spesies Trichogramma yang memarasit telur O. furnacalis adalah T. evanescens. Parasitoid tersebut tersebar di beberapa sentra produksi jagung di Sulawesi Selatan seperti Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Sinjai, Wajo, dan Barru . Pengendalian secara biologis, Trichogramma sp. dilepas ke pertanaman setelah beberapa generasi dalam pembiakan dengan kondisi buatan. Pembiakan massal dapat mempengaruhi sifat-sifat biologis yang penting bagi keberhasilan program pengendalian di lapangan, seperti mencari inang, penerimaan inang, dan adaptasi dengan suhu.

Akan tetapi, hasil perbanyakan D. strialalis di laboratorium tidak sebanyak Trichogramma. Oleh karena ini, perlu diadakan penelitian tentang pengkombinasian penggunaan Lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns.) dan Trichogramma sp. yang ditebarkan ke lahan perkebunan tebu sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman tebu.

C. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana pengaruh kombinasi waktu pelepasan yang berbeda antara Lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns) dan Trichogramma sp. terhadap persentase kerusakan tanaman tebu yang diakibatkan oleh Chilo auricilus?”

D. TUJUAN

1. Untuk mengembangkan teknik pengendalian hama secara hayati pada perkebunan Tebu dengan menggunakan kombinasi antara parasitoid larva Lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns) dan parasitoid telur Trichogramma chilonis sebagai agen pengendali hayati.

2. Untuk menentukan kombinasi waktu pelepasan antara parasitoid larva Lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns) dan parasitoid telur Trichogramma chilonis yang tepat pada lahan perkebunan Tebu, untuk mengendalikan serangan hama penggerek batang (Chilo auricilus).

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Dari penelitian ini, hasil yang diharapkan adalah suatu metode atau teknik pengendalian hama secara hayati dengan menggunakan parasitoid atau predator (musuh alami) dari suatu hama. Dalam hal ini adalah pengendalian hama secara hayati pada tanaman Tebu sehingga dihasilkan tanaman Tebu yang sehat dan mengandung kadar gula tinggi yang sangat penting untuk industri pabrik gula.

F. KEGUNAAN

Kegunaan serta manfaat dari penelitian ini secara teoritis adalah untuk perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perlindungan tanaman dari hama dengan menggabungkan aspek bioekologis dari suatu ekosistem. Secara aplikasi, penelitian ini dapat dipublikasikan kepada para petani Tebu sehingga dapat meningkatkan pendapatannya.

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Budidaya Tebu

Tebu (Saccharum officinarum linn.) merupakan tumbuhan sejenis rerumputan yang dikelompokan dalam famili Gramineae. Seperti halnya padi dan termasuk katagori tanaman semusim, tanaman tebu tumbuh membentuk anakan, mengelompok dalam bentuk rumpun dan menghasilkan karbohidrat yang begitu tinggi. Berbeda dengan padi yang satu siklusnya 3-4 bulan, tanaman tebu membutuhkan waktu untuk menghasilkan produksi gula mencapai 11-12 bulan, sehingga memiliki biomassa yang cukup tinggi.

Tanaman tebu dapat diusahakan di lahan sawah dan lahan tegalan, yang dikenal dengan kategori tebu sawah dan tebu tegalan. Selain itu, berdasarkan sifat inheren tanaman pada tanaman tebu dikenal dengan kategori tanaman plant cane (PC) dan ratoon (R). Semua kondisi kategori tersebut memili pengaruh terhadap nuansa karakterisasi pertumbuhan tebu (Anonim. 2009).

2. Hama Tanaman Tebu

Dalam usaha perkebunan tebu, pengendalian hama merupakan salah satu penentu keberhasilan usaha selain pemuliaan bibit, pupuk dan irigasi. Hal ini disebabkan oleh keberadaan hama sebagai perusak tanaman sehingga tanaman tidak dapat dipanen. Oleh karena itu, dewasa ini sangat banyak diketahui metode-metode untuk mengendalikan bahkan memberantasnya.

Biologi suatu hama mutlak harus diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan pengendalian. Hal ini perlu agar setiap upaya pengendalian yang dilakukan benar-benar terarah, kena sasaran, efektif dan efisien. Disamping itu, hal lain yang perlu dilakukan sebelum melakukan tindakan pengendalian adalah harus mengetahui terlebih dahulu kondisi serangan di lapangan agar dapat ditentukan teknik/cara dan saat pengendalian yang tepat, serta kebutuhan sarana pengendalian yang diperlukan. Sebenarnya upaya pemantauan atau monitoring secara rutin sangat membantu tindakan pengendalian yang terarah, efektif dan efisien (Anonim. 2009).

Pengaruh hama terhadap produktivitas tebu sangat signifikan. Penurunan produksi tebu yang diakibatkan oleh serangan hama dapat mencapai 10-50% tergantung intensitas serangannya. Pada kondisi serangan hama tertentu yang sangat parah, dapat mengakibatkan kegagalan panen. Hanya saja, karena serangan hama bersifat epidemik dan terkadang sporadik sering tidak menimbulkan persoalan yang bersifat menyeluruh dan serentak menurunkan produktivitas tebu. Kerusakan tebu akibat serangan hama sering terjadi pada luasan yang terbatas. Namun pada kasus tertentu seperti terjadinya serangan hama belalang di daerah perkebunan tebu Sumatera Selatan, wilayah serangannya cukup luas dan terjadi secara serempak, cukup berpengaruh nyata terhadap penurunan produktivitas lahan. Meskipun demikian, karena persoalan hama sangat mengganggu dan selalu mengkhawatirkan kondisinya di lapang, karena ditakutkan mencapai serangan yang bertambah luas, maka pengendalian hama merupakan salah satu tahap budidaya yang perlu dilakukan (Anonim. 2009).

Beberapa jenis hama tebu yang penting dan senantiasa menimbulkan kerugian besar adalah : penggerek pucuk, penggerek batang, kutu bulu putih, uret dan boktor, ulat grayak, tikus, dan belalang (Anonim. 2009).

2.1. Hama Penggerek Batang (Chilo spp.)

Hama ini merusak dengan cara mengerek batangtebu, dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius. Telur diletakkan secara berkelompok berupa dua deret paralel. Satu betina dapat menghasilkan sekitar 80 butir telur. Ulat yang baru menetas ditandai dengan garis transversal merah. Ulat dewasa ditandai dengan empat garis longitudinal dengan bintik dorsal pada segmennya. Kepompongnya dapat dapat dijumpai didekat lubang gerek (Sudarmo, 1989).

2.2. Tanda Serangan Penggerek Batang

Daun tanaman yang terserang terdapat bercak-bercak putih bekas gerekan yang tidak teratur. Bercak putih ini menembus kulit luar daun. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lobang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang. Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Biasanya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek (Anonim . 2009)

Setiap persen kerusakan ruas dapat menimbulkan kerugian gula sebesar 0,5%. Telur penggerek batang ini diletakkan pada permukaan atas maupun bawah daun. Biasanya dalam kumpulan yang terdiri dari 7 – 30 telur yang tersusun seperti genting, dalam 2 – 3 baris atau 3 – 5 baris (Anonim . 2009).

Telurnya sering diparasit oleh Telenomus dan Trichogramma. Kadang-kadang jenis Telenomus memarasit sampai 90 % telur. Musuh alami lain adalah Chrysopa. Ulat dan kepompongnya terparasit oleh Campyloneurus arythrothorax Szepl.dari golongan Braconid, Carcelia dan Diatraeophaga, keduanya dari golongan Tachinid dan Xanthopimpla stemator Thnb., Hormiopterus serta Apanteles flavipes (Camp.) (Sudarmo, 1989).

Larva yang baru menetas panjangnya + 2,5 mm, dan berwarna kelabu. Semakin tua umur larva, warna badan berubah menjadi kuning coklat dan kemudian kuning putih, disamping itu warna garis-garis hitam membujur pada permukaan abdomen sebelah atas juga semakin jelas. Larva muda yang baru menetas hidup dan menggerek jaringan dalam pupus daun yang masih menggulung, sehingga apabila gulungan daun ini nantinya membuka maka akan terlihat luka-luka berupa lobang grekan yang tidak teratur pada permukaan daun. Setelah beberapa hari hidup dalam pupus daun, larva kemudian akan keluar dan menuju ke bawah serta menggerek pelepah daun hingga menembus masuk ke dalam ruas batang. Selanjutnya larva hidup dalam ruas-ruas batang tebu. Di sebelah luar ruas-ruas muda yang digerek akan didapati tepung gerek (Anonim. 2009).

Apabila ruas terserang dibelah secara membujur, maka terlihat lorong-lorong gerek yang lebar dan jalannya tidak teratur. Pada satu ruas dapat ditemukan lebih dari satu ekor larva. Kepompong penggerek batang agak keras dan berwarna coklat kehitaman. Kepompong betina biasanya mempunyai badan lebih besar daripada yang jantan. Imago mempunyai sayap dan dada berwarna kecoklatan. Abdomen imago betina biasanya juga lebih besar daripada yang jantan (Anonim. 2009).

3. Pengendalian Hama Penggerek Batang Tebu Secara Hayati

3.1. Lalat Jatiroto sebagai parasitoid larva hama penggerek batang

Lalat jatiroto (Diatraeophaga striatalis Tns) hanya ditemukan di daerah Jatiroto, Lumajang. Lalat ini termasuk ke dalam keluarga Tachinidae. Dalam perkembangannya lalat ini bersifat parasit yang dapat mengendalikan hama (Chilo spp) pada tanaman tebu (Saccharum officinarum) sehingga potensi produktifitas tanaman tersebut dapat tercapai.

Lalat Jatiroto merupakan musuh alami dari hama penggerek batang yang banyak menyerang tanaman tebu. Golongan famili Tachinidae sangat spesifik memparasiti hama penggerek batang tebu.

Serangga anggota ordo Diptera meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada dan disebut halter . Pada kepalanya juga dijumpai adanya antena dan mata facet. Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari tiga bagian yaitu :
bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum bagian tengah yang berbentuk silindris disebut haustellum bagian ujung yang berupa spon disebut labellum atau oral disc.

Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya melalui stadia : telur ---> larva ---> kepompong ---> dewasa. Larva tidak berkaki (apoda), biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama , parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta. Beberapa contoh anggotanya adalah : lalat buah ( Dacus spp.) lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F), lalat rumah (Musca domestica Linn.), lalat parasitoid (Diatraeophaga striatalis).

3.2. Trichogramma sp. sebagai parasitoid telur hama pengerek batang

Pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami seperti predator, parasitoid, dan patogen. Parasitoid dari famili Trichogrammatidae banyak digunakan dengan teknik inundasi. Hasil inventarisasi musuh alami yang memarasit telur penggerek batang di Sulawesi Selatan yang dominan adalah T. evenescens (Nonci et al., 2000), hal yang sama juga dikemukakan oleh Pabbage Baco (2000). Dalam pengendalian penggerek batang dengan teknik inundasi, T. evanescens dibiakkan beberapa generasi pada telur C. cephalonica, sebelum dilepaskan ke lapangan.

Salah satu sebab pemilihan Trichogrammatidae adalah karena sifatnya yang polifag sehingga dianggap dapat cepat beradaptasi dan dapat mengatasi berbagai jenis hama yang ada di lapangan. Optimalisasi pemanfaatan Trichogramma merupakan salah satu kunci keberhasilan pengendalian hayati yang belum banyak dieksplorasi di Indonesia. Beberapa penelitian yang lalu telah memfokuskan kegiatan pada distribusi dan kelimpahan Trichogramma, keragaman genetik dari daerah geografis berbeda serta berbagai pengujian laboratorium untuk melihat potensi Trichogramma sebagai agens hayati.

Salah satu hal kunci yang belum dikaji secara menyeluruh dalam rangka pengembangan parasitoid sebagai agens hayati adalah kajian ekologi reproduksi. Banyak penelitian dirancang untuk menggali faktor-faktor kunci yang dapat digunakan sebagai landasan dalam memformulasikan strategi pelepasan yang akurat dan mampu memberikan hasil yang signifikan serta tidak merugikan keutuhan keseimbangan agroekosistem.

Secara lebih spesifik, diharapkan bahwa dari penelitian ini dapat diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan parasitoid Trichogramma sp. dalam mengendalikan populasi serangga hama di lapangan. Tujuan tersebut dicapai dengan melakukan penelitian mengenai ekologi reproduksi di laboratorium serta uji pelepasan inang di lapangan.

Pada tahun ke-1 telah dipelajari beberapa aspek yang mempengaruhi keberhasilan parasitoid Trichogramma pretiosum dilapangan yaitu hubungan antara kepadatan telur inang dengan kemampuan parasitisasi T. pretiosum (tanggap fungsional) dilaboratorium pada suhu 18 oC, 25 oC dan 30 oC, pengaruh ketiadaan inang pada produksi telur, lama hidup dan lama reproduksi, serta pengaruh pakan dan inang terhadap kebugaran T. pretiosum. Hasil penelitian menunjukkan tanggap fungsional dilaborotorium pada suhu yang berbeda menunjukkan Tipe tanggap fungsional yang berbeda. Tanggap fungsional dilaboratorium pada suhu 25 oC adalah tanggap fungsional Tipe II, dan Tanggap Fungsional pada suhu 18 oC dan 30 oC adalah tipe III (Darmayanti dkk. 2005).

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan inang dan laju parasitisasi (tanggap fungsional) Trichogramma pretiosum. Parasitisasi T. pretiosum pada suhu 25 oC, tampak lebih tinggi dibandingkan pada suhu 18 oC dan 30 oC. Penelitian ketiadaan inang sangat mempengaruhi kemampuan T. pretiosum dalam memproduksi telur. Pengaruh ketiadaan inang terhadap lama hidup dan lama reproduksi sangat berfluktuasi., selain itu hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pakan dan inang terhadap kebugaran T. pretiosum sangat berpengaruh, ketersediaan inang dan pakan secara bersamaan dapat meningkatkan kebugaran parasitoid (Darmayanti dkk., 2005).

Aspek penelitian pada tahun kedua meliputi Studi pengaruh jumlah betina awal terhadap beberapa karakter kebugaran (nisbah kelamin, keperidian dan lama reproduksi) dan pengaruh ukuran tubuh dan fluktuasi asimetri pada keberhasilan parasitisasi dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis inang mempengaruhi kemampuan parasitisasi di awal pelepasan. T. pretiosum yang dikembangbiakan pada inang C. cephalonica lebih cepat memarasit. Ukuran imago T. pretiosum yang dikembangbiakan pada inang C. cephalonica relatif lebih besar daripada ukuran inang imago T. pretiosum yang dikembangbiakan pada telur inang H. Armigera. Di lapangan, T. pretiosum menyebar ke segala arah. Pada 1 jam pertama T. pretiosum sudah mampu menempuh jarak 2 m. Semakin besar ukuran sayap maka semakin jauh pula jarak yang dapat ditempuh. Lama generasi mempengaruhi kebugaran (penurunan keperidian dan lama hidup) tidak ada pengaruh jumlah betina penemu terhadap fitness secara umum . Lama generasi dan jumlah betina awal tidak mempengaruhi keragaman genetik parasitoid. Ukuran sayap dapat digunakan sebagai indikator dispersal, sedangkan tibia tidak. Kemampuan dispersal dan parasitisasi dipengaruhi oleh ukuran sayap (Darmayanti dkk., 2005).

Individu kecil cenderung untuk memparasit inang disekitar tempat parasitoid muncul, individu besar cenderung untuk terbang lebih jauh pembagian niche untuk mengurangi kompetisi. Ukuran inang akan mempengaruhi keberhasilan pengendalian hayati. Pada tahun ke III penelitian difokuskan pada kegiatan percobaan di lapangan yang mencakup empat topik utama, yaitu (1) studi awal keanekaragaman parasitoid pada lahan tanaman kedelai, (2) uji tanggap fungsional parasitoid di lapangan, (3) Pemantauan (monitoring) eksistensi parasitoid yang dilepaskan, (4) uji dampak pelepasan terhadap serangga non target. Pada studi keanekaragaman parasitoid telur, kami menemukan enam jenis parasitoid, yaitu Trichogrammatoidea armigera, T toidea cojuangcoi, Trichogramma chilonis, T. japonicum, Trichogramma sp., dan Telenomus remus (Darmayanti dkk., 2005).

Struktur komunitas parasitoid berubah mengikuti pertumbuhan tanaman. Pada topik yang ke-2, kegiatan dikonsentrasikan untuk melihat hubungan antara kepadatan inang dan kemampuan parasitisasi parasitoid T. pretiosum dilapangan (tanggap fungsional dilapangan). Hasil percobaan menunjukkan terdapat hubungan antara kepadatan telur dengan jumlah telur terparasit. Pada pelepasan 1,3,4 dan 5 diperoleh tanggap fungsional Tipe II. Pelepasan ke-2 menunjukkan tipe tanggap fungsional tipe III. Hasil dari monitoring parasitoid yang dilepas parasitoid T. pretiosum bertahan sampai 9 MST setelah itu tidak terlihat keberadaan parasitoid. Penelitian ini juga memperlihatkan tidak adanya indikasi bahwa parasitoid yang dilepaskan menyerang telur-telur serangga yang lain (non target) (Darmayanti dkk., 2005).

Trichogramma japonicum merupakan salah satu agen pengendalian hayati yang potensial terhadap beberapa hama dari ordo Lepidoptera, untuk memperbanyak T. japonicum diperlukan inang lain, antara lain Corcyra cephalonica (Susniahti, Nenet dan Agus Susanto. 2009).

Senin, 07 Juni 2010

menculik yoshioka yui.


ME.....


MW


NYULIK YOSHIOKA YUI.....



I love U....

nek udah tak culik tak apa kan ya?
pa aq memandangimu sambil bernyanyi utk ku?
atau aq mnjd "fans" setia atas keeksotikan suara dan kecantikanmu....
jd lupa ma org yang q cintai rekkk.......

Rabu, 19 Mei 2010

Hilang...

aq meninggalkan tanda tanya besar dalam hidup
"aq ini apa?"
"siapa?"
dan "sperti apa?"

5 hal yang tlah hilang dalam hidup
reputasi,
kepercayaan,
percaya diri,
jati diri,
dan
orang yang tersayang.

apa aq hidup dengan cara yang biasa saja dan mati dengan biasa2 saja?
"membosankan bagiku"

tak ada orang yang tau aq ini apa......

hmmm.............

sekali lagi aq menghela nafas.....

haaaaaaaa..........

Minggu, 18 April 2010

kamus qt

Asshole (or arsehole in British English and Australian English) is slang for the anus and is usually used as an insult. It is formed from arse, which according to the Oxford English Dictionary has been used since the 11th century to refer to the rump of an animal and since the 14th century to refer to a person's buttocks. The combined form arsehole is first attested from 1500 in its literal use to refer to the anus. The metaphorical use of the word to refer to the worst place in a region (e.g., "the arsehole of the world") is first attested in print in 1865; the use to refer to a contemptible person is first attested in 1933. Its first appearance as an insult term in a newspaper indexed by Google News is in 1965. But as with other vulgarities, these uses of the word may have been common in oral speech for some time before their first print appearances. By the 1970s, Hustler magazine featured people they did not like as "Asshole of the month.

Senin, 05 April 2010

result - my kuljar tumbuhan


hahahahahahahahahahahahahahaha......................................................!!!!!!
matkul kuljarq dpet A rek.......!!!!!!!!!





my Qur'an

Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walauyun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (an-Nur 24 : 35).

cahaya seperti lubang hitam yang tak tebus = supermassive black hole

Selasa, 23 Maret 2010

Supermassive Black Hole


by MUSE

Oh baby dont you know I suffer?
Oh baby can you hear me moan?
You caught me under false pretenses
How long before you let me go?

You set my soul alight
You set my soul alight

(You set my soul alight)
Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the supermassive

(You set my soul alight)
Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the 'supermassive'

I thought I was a fool for no-one
Oh baby I'm a fool for you
You're the queen of the superficial
And how long before you tell the truth

You set my soul alight
You set my soul alight

(You set my soul alight)
Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the supermassive

(You set my soul alight)
Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the 'supermassive'

Supermassive black hole
Supermassive black hole
Supermassive black hole
Supermassive black hole

Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the supermassive

Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the supermassive

(You set my soul alight)
Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the supermassive

(You set my soul alight)
Glaciers melting in the dead of night
And the superstars sucked into the supermassive

Supermassive black hole
Supermassive black hole
Supermassive black hole
Supermassive black hole

Senin, 22 Maret 2010

My Resume


DATA PRIBADI

Nama
Jenis kelamin
Tempat, tanggal lahir
Kewarganegaraan
Status perkawinan
Tinggi, berat badan
Kesehatan
Agama
Alamat lengkap


Telepon, HP
E-mail

: Zakaria Pratama, S.Si
: Laki-laki
: Sidoarjo, 29 Juni 1988
: Indonesia
: Belum menikah
: 176 cm, 73 kg
: Sangat Baik
: Islam
: Dusun Kanigoro RT. 10 RW. 03, Desa Keboharan, Kec.

Krian, Sidoarjo
: 031-71344794, HP = 085646443089 / 083895848765
: pratamazakaria@yahoo.com / ajunsakti@yahoo.com


PENDIDIKAN

» Formal

1994 - 2000
2000 - 2003
2003 - 2006
2006 - 2010


: SD Negeri Terungkulon, Krian, Sidoarjo
: SMP Negeri 2 Wonoayu, Sidoarjo
: SMA Negeri 1 Wonoayu, Sidoarjo
: Program Sarjana (S-1) Biologi Universitas Negeri

Surabaya, Surabaya



KEMAMPUAN

1. Menjadi Coas Mikrobiologi Dasar dan Terapan Prodi S1 Biologi-UNESA.

2. Mengajar IPA dan Matematika untuk siswa SMP.

3. Mengajar Biologi untuk SMA.

4. Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS Power Point).

5. Kemampuan Internet / bLoGGeR.

6. Spesifikasi Ilmu dan Keahlian : Mikrobilogi, Mikologi, Kuljar tumbuhan dan Bioteknologi


PENGALAMAN KERJA

Sebagai Pengajar siswa SD, SMP dan SMA.

Sebagai Coas Mata kuliah Mikrobiologi (Prodi S1 BIOLOGI - UNESA)

Avenged Sevenfold - Dear God


A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love
Hope is hard to find
While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
And where I'd love to be, oh yeah

Dear God the only thing I ask of you
Is to hold her when I'm not around
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again, oh no
Once again

There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah

Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around,
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again

Some search, never finding a way
Before long, they waste away
I found you, something told me to stay
I gave in, to selfish ways
And how I miss someone to hold
When hope begins to fade...

A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love
Hope is hard to find

Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around,
When I'm much too far away
We all need the person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again

If you're not the one - BY Daniel B.


Pratama, Zakaria, S.Si


If you're not the one then why does my soul feel glad today?
If you're not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all

I never know what the future brings
But I know you are here with me now
We'll make it through
And I hope you are the one I share my life with

I don't want to run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is there any way that I can stay in your arms?

If I don't need you then why am I crying on my bed?
If I don't need you then why does your name resound in my head?
If you're not for me then why does this distance maim my life?
If you're not for me then why do I dream of you as my wife?

I don't know why you're so far away
But I know that this much is true
We'll make it through
And I hope you are the one I share my life with
And I wish that you could be the one I die with
And I pray in you're the one I build my home with
I hope I love you all my life

I don't want to run away but I can't take it, I don't understand
If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am
Is there any way that I can stay in your arms?

'Cause I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away
And I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today
'Cause I love you, whether it's wrong or right
And though I can't be with you tonight
And know my heart is by your side

I don't want to run away but I can't take it, I don't understand

If I'm not made for you then why does my heart tell me that I am
Is there any way that I can stay in your arms?

Rabu, 03 Maret 2010

NARUTO UZUMAKI


Naruto dilahirkan pada 10 Oktober, tahunnya tidak diketahui. Asal usul ibu bapak dan saudaranya yang lain masih merupakan misteri. Sejak dilahirkan lagi, syaitan musang berekor sembilan, Kyubi no Yoko yang cuba membinasakan Konoha dikurung dalam badan Naruto oleh AYAHNYA HOKAGE KE EMPAT. Ayah Naruto Namikaze Minato merupakan Hokage generasi keempat manakala ibunya bernama Uzumaki Kushina. Naruto mempunyai wajah seiras ayahnya manakala sifatnya lebih serupa dengan ibunya yang merupakan seorang tomboy ketika kecil sebelum menjadi wanita cantik ketika dewasa.

Hokage Keempat berhajat agar orang kampung melihat Naruto sebagai seorang wira yang terpaksa memendam Kyubi. Malangnya, seluruh warga kampung menaruh kebencian dan kemarahan yang marak terhadap si kecil Naruto karena Kyubi pernah mengacaukan ketenangan Konoha. Malah Naruto sendiri tidak mengetahui kewujudan makhluk tersebut dalam dirinya sehingga dia mencecah usia dua belas tahun.
Uzumaki Kushina, adalah ibu Naruto.

Mujurlah Naruto berpeluang mengenali seorang guru yang penyayang lagi berdedikasi di akademi yaitu seorang ninja Chunin, Umino Iruka. Walaupun orang tua Iruka mati dalam tangan Kyubi, Iruka tidak menyalahkan Naruto. Iruka menerima Naruto dan bersimpati terhadap niat Naruto untuk dikenali oleh orang kampung. Iruka mungkin merupakan orang pertama yang benar-benar mempercayai Naruto dan meninggalkan impak besar terhadapnya. Naruto akhirnya berjaya mengatasi perasaan sedih dan sunyi kerana kehadiran Iruka sebagai pengganti ibu bapaknya.

Sebelum tamat pengajian di Akademi, Naruto telah lama mengimpikan dirinya dikenali dan diterima orang banyak. Dia akan bermain dan bergurau di seluruh kampungnya untuk menarik perhatian. Pernah juga Naruto menconteng grafiti pada muka monumen Hokage dengan cat dan merupakan dirinya sebagai gadis seksi yang tidak berpakaian untuk menimbulkan kemarahan guru-guru. Naruto juga memaklumkan kepada mereka yang memandang rendah terhadapnya bahwa dia akan menjadi Hokage suatu masa nanti. Setelah tamat pengajian, Naruto akhirnya dicam sebagai “Ninja Bising, Mustahil untuk Dijangka dan Hiperaktif Nomor Satu” di Konoha oleh Hatake Kakashi.

Sikap gigih dan tidak mudah mengalah menyebabkan Naruto berjaya mempengaruhi watak-watak lain di sekelilingnya. Pada mulanya, Naruto bersahabat dengan Konohamaru, cucu Hokage Ketiga. Konohamaru akhirnya memahami bahwa yang bulat tak datang bergolek, yang pipih tak datang melayang dan sesungguhnya usaha itu tangga kejayaan. Walaupun tampak dekil dan sedikit bodoh, Naruto boleh mengalahkan pihak lawan melalui semangat yang kental, teknik mengalih perhatian lawan yang bijak dan nasib baik semata-mata.

Naruto suka bergurau walaupun kadang kala gurauannya mengandungi elemen yang tak lucu. Biasanya, Naruto sering ketawa dan senyum (pada sesetengah ketika, Naruto senyum untuk menyembunyikan masalahnya; hanya mereka yang benar-benar rapat dengannya boleh mengetahui perasaan sebenarnya Naruto). Dari segi luaranya, Naruto hanyalah seorang budak yang tidak menonjol, bising, panas baran, mempunyai jiwa kental dan selalu terlibat dalam masalah.

Salah satu dari pada hobi Naruto ialah berkebun walaupun Naruto tidak dapat membesarkan herbal dari rumpai (disiarkan dalam episode 20). Naruto juga menghadiahi Kakashi Mr. Ukki, tumbuhan pasu yang boleh dilihat di tepi tingkap Kakashi.

Naruto juga menjadi matang dengan cepat sejajar dengan perkembangan cerita tetapi masih kebudak-budakan dari segi pemilihan aksesori. Pakaian tidurnya selalu diiringi dengan topi malam yang dihiasi sepasang mata dan gigi. uangnya disimpan di dalam dompet hijau berupa katak yang dipanggil Gama-chan.

Naruto suka makan dan mempunyai selera seperti Akimichi Choji. Makanan kegemaran Naruto, ramen seolah-olah bertindak sebagai penghubung antara Naruto dengan siapa yang sudi membayar bil nanti. Dalam banyak episode, dilihat Naruto boleh menghabiskan beberapa mangkuk aneka rasa ramen.

Musang Berekor Sembilan.

Sebagai perumah bagi setan serigala, Kyubi, tubuh dan minda Naruto kadang kala dipengaruh olehnya. Secara fisik, Naruto mempunyai sedikit ciri-ciri Kyubi seperti tanda di pipinya. Matanya juga sipit seperti serigala. Naruto memiliki stamina dan daya pemulihan yang tinggi yang membolehkan Naruto sembuh daripada kecederaan parah dalam sehari dua dan luka kecil dalam beberapa saat. Memandangkan Kyubi telah dikurung dalam Naruto sejak bayi, adalah tidak diketahui sejauh mana personaliti Naruto dipengaruhi oleh Kyubi. Namun, terdapat kemungkinan bahwa Kyubi menyebabkan Naruto sangat nakal dan suka membuat kesal orang lain untuk mendapat perhatian dan untuk tidak mengaku kalah dalam setiap pertarungan.

Tahap cakra Naruto adalah sangat tinggi karena Kyubi. Ebisu pernah menyatakan bahwa daya pengawalan cakra Naruto adalah lemah karena sebagian dari cakranya digunakan untuk membendung cakra Kyubi yang terlalu kuat (cakra Kyubi yang luar biasa ini boleh membahayakan Naruto jika dibebaskan dengan terlalu banyak). Kakashi pula mengatakan bahwa kekuatan kyubi lebih kuat dari kekuatan Naruto sendiri. Maka, Naruto amat sesuai mengendalikan jurus yang memerlukan banyak cakra seperti ‘Teknik Pengagihan Bayang’ (Kage Bunshin no Jutsu). Ninja lain dapat menghasilkan beberapa klon saja dengan sempurna karena jurus ini menghendaki penggunanya membagikan cakranya dengan tepat kepada klon-klon yang dihasilkan, berlainan pula dengan Naruto yang mampu menghasilkan 2000 klon dan pada masa yang sama, membekalkan sejumlah cakra yang mencukupi kepada setiap klon.

Cakra Kyubi selalu menjadi lebih nyata apabila Naruto menghadapi saat-saat genting untuk memastikan Naruto (dan juga Kyubi sendiri) dapat terus hidup. Kemudian nanti, Naruto berupaya menghubungi Kyubi dan meminta cakranya. Hal ini karena Kyubi dikurung dalam badan Naruto, cakranya masih boleh mengalir keluar untuk bersatu dengan cakra Naruto. Tambahan pula, kekuatan cakra Kyubi yang hampir dalam menyebabkan Kyubi merupakan senjata terunggul bagi Naruto dalam pertempuran yang sengit. Apabila Naruto menggunakan cakra Kyubi, ketangkasan dan kekuatannya meningkat secara mendadak. Kadang kecederaannya pulih turut meningkat. Oleh sebab staminanya berlipat ganda, Naruto boleh terus melawan tanpa merasa letih. Naruto biasanya boleh memendamkan cakra Kyubi sebelum transformasi ekor berlaku. Seandainya hal itu terjadi, cakra Kyubi akan menjadi lebih nyata dengan masa. Beberapa boleh dilakukan untuk memendamkan semua cakra Kyubi seperti jampi pengurung Jiraiya atau teknik mengurung Yamato.

Apabila Naruto mula-mula menggunakan cakra Kyubi, Naruto belum mampu mengawalnya menyebabkan kemarahan di dalamnya menguasai minda Naruto. Lama kelamaan, Naruto berupaya mengatasi masalah tersebut. Tetapi, jika emosinya terganggu, Naruto mungkin akan menggunakan lebih banyak cakra menyebabkan Kyubi menguasainya dirinya semula.

Jumat, 26 Februari 2010

Ekologi air laut-limnologi-experiment

Zakaria pratama, S.Si

A. KAJIAN TEORI

1. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut sangat penting bagi pernafasan organisme akuatik (Odum, 1994). Oksigen adalah gas yang tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Oksigen yang terlarut dalam air oleh makhluk hidup air digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya yaitu untuk metabolisme jasad air seperti respirasi. Menurut Salmin (2000) Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut.

Kelarutan O2 dalam air dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biokimia yang terjadi dalam badan air. Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh faktor suhu. Pada suhu tinggi maka DO akan rendah dan pada suhu rendah maka DO akan tinggi. Setiap spesies mempunyai kisaran toleransi berbeda terhadap konsentrasi DO. Spesies dengan kisaran toleransi lebar terhadap oksigen maka penyebarannya akan luas berbeda dengan spesies yang mempunyai kisaran toleransi sempit.

Faktor lain yang mempengaruhi kelarutan O2 dalam air adalah gerakan dipermukaan air, luas daerah permukaan air yang terbuka bagi atmosfer, tekanan atmosfer dan persentase O2 dalam udara di sekelilingnya, serta kehadiran tanaman berfotosintesis.

Selain itu juga, dipengaruhi oleh konsentrasi bahan organik dalam air dimana makin banyak bahan organik dalam air maka bakteri pengurai akan berlipat ganda, hal ini mengurangi kadar O2 dalam air. Adanya bahan organik ini disebabkan oleh tindakan manusia yan terus menerus membuang sampah organik ke dalam air, sehingga menimbulkan kondisi anaerob.

Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme (Swingle, dalam Salmin, 2000). Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 % (Huet dalam Salmin, 2000). KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Anonimous 2004 dalam Salmin, 2000).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Banyaknya Oksigen Terlarut

a. Pergerakan permukaan air. Pergerakan air berupa riak air maupun gelombang akan mempercepat difusi udara ke dalam air.

b. Suhu. Suhu berpengaruh pada kejenuhan (kapasitas air menyerap oksigen). Makin tinggi Suhu maka makin sedikit oksigen dapat larut.

c. Tekanan udara. Tekanan udara berhubungan dengan ketinggian suatu daerah dari permukaan laut. Makin tinggi suatu daerah maka makin rendah tekanan udaranya sehingga makin rendah pula kadar oksigen terlarut.

d. Salinitas. Makin tinggi salinitas maka makin sedikit oksigen yang dapat larut.

e. Tanaman air. Tanaman air, terutama ganggang, tentunya berhubungan dengan proses fotosintesis yang memerlukan sinar matahari. Bila sinar matahari sedikit maka proses fotosintesis terhambat sehingga oksigen terlarut pun sedikit.

3. Karbondioksida (CO2) bebas

Karbondioksida sangat mudah larut dalam air tetapi sangat sedikit karbondioksida berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam udara atmosfer sangat sedikit. Selain dekomposisi bahan organik dan pernafasan tumbuhan air dalam hal ini fitoplankton dan zooplankton memberi sumbangan pada karbondioksida yang sudah ada. Karbondioksida bergabung secara kimiawi dengan air membentuk asam karbonat yang mempengaruhi pH air. Dalam air yang asam dengan pH rendah, CO2 diubah menjadi bentuk bebas. Pada pH yang mendekati netral hampir semua CO2 sebagai karbonat dan dengan bertambahnya ion-ion bikarbonat dan karbonat menyebabkan air cenderung bersifat basa dan menahan perubahan ion hidrogen, sehingga menyebabkan fluktuasi pH yang minimum dalam sistem air tawar.

Fotosintesis fitoplankton sebagai tumbuhan air, agitasi air, dan penguapan menyebabkan hilangnya CO2 dalam sistem air tawar. Disamping itu dalam sistem air banyaknya CO2 mempengaruhi kecepatan metabolisme dan pertumbuhan, orientasi maupun pergerakan beberapa hewan air, zooplankton dan invertebrata yang lain (Boy, 1988 dalam Purwandari, 2005).

praktikum Mkroter BB


Pada percobaan ini bromtimol biru berfungsi sebagai indikator untuk dapat mengetahui apakah terdapat CO2 didalam tabung reaksi karena larutan bromtimol biru sangat sensitif dengan CO2, kesensitifan ini dapat dilihat dengan adanya reaksi perubahan warna.

pH larutan BB jadi semakin asam....

Jawaban buat adek - mikro terapan yang imut

Dalam proses fermentasi, yeast mengubah gula menjadi etanol (ETIL ALKOHOL). Energi yang dihasilkan digunakan oleh yeast itu sendiri serta sebagian energi dilepas ke lingkungan. hal itu menyebabkan terjadinya kenaikan suhu pada erlenmeyer.
Akan tetapi pada hari ke 3 pangamatan, suhu tersebut turun, yang diakibatkan oleh berhentinya proses melabolisme anaerob tersebut (fermentasi).

Pada larutan BB terjadi perubahan warna, dari biru menjadi kekuning-kuningan. hal ini di akibatkan dari CO2 hasil proses fermentasi yang dialirkan ke larutan BB. semakin tinggi kadar CO2 pada larutan BB tersebut maka pH-nya akan turun (asam). hal ini dilihat dari perubahan warna dari larutan BB.

Pada erlenmeyer, terdapat endapan "putih". endapan tersebut merupakan yeast yang mungkin "in-active" karena substrat (gula) yang difermentasi telah habis. karena tingkat toleransi sel ragi terhadap alkohol adalah 12-14% atau dari referensi yang lain dinyatakan 13%. sehingga pada industri fermentasi alkohol, untuk menghasilkan etanol dengan konsentrasi yang lebih tinggi harus di distilasi.

Pada hari ke-3, bau hasil fermentasi berubah menjadi lebih menyengat / lebih asam. kemungkinan bau tersebut merupakan bau dari asam asetat. karena etanol dapat difermentasi lagi menjadi as.asetat. akan tetapi perlu di kaji lagi, apakah sel ragi dapat memfermentasi as.asetat, karena secara teoritis as.asetat dihasilkan oleh bakteri as.asetat dan metabolismenya terjadi secara aerob....

created by Zakaria alfarizy pratama

Produksi Alkohol

PENDAHULUAN

Produksi alkohol dari biomassa, telah dilakukan orang sekurang-kurangnya sudah 2.000 tahun. Dengan adanya kendraaan mobil dalam skala komersial pada akhir abad yang lampau, alkohol digunakan pula sebagai bahan bakar. Setelah banyaknya ditemukan sumber bahan bakar minyak, maka pengunaan alkohol menjadi berkurang. Dengan meningkatnya harga bahan bakar minyak, maka alkohol menjadi penting lagi. Pengunaan alkohol antara lain :
1. Sebagai minuman
2. Sebagai bahan kimia dan pelarut
3. Sebagai bahan bakar motor
4. Dalam bidang farmasi

II. PRODUKSI ALKOHOL

2.1. Produksi Alkohol Dunia

Produksi dunia etanol dalam tahun 1977 diperkirakan sebanyak 3 juta ton, dimana 1,4 juta ton (48%) diproduksi dengan cara sintetis. Produksi alkohol di Indonesia Alkohol di Indonesia dilakukan dengan jalan fermentasi dangan bahan baku molase (tetes).

Produksi alkohol dengan cara fermentasi
2.3.1. Bahan baku bagi produksi alkohol Industri kimia dengan proses fermentasi bisa dikatakan mempunyai fleksibilitas tinggi terhadap bahan bakunya. Terdapat banyak variasi bahan baku yang dapat digunakan dalam industri fermentasi. Dan hampir semuanya, bahan baku untuk proses fermentasi, baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan hasil pertanian seperti : tebu, jagung, kentang dan lain-lain

Produksi etanol dengan cara fermentasi bisa diproduksi dari 3 macam karbohidrat, yaitu :
1. Bahan-bahan yang mengandung gula atau disebut juga substansi sakharin yang rasanya manis, seperti misalnya gula tebu, gula bit, molase (tetes), macam-macam sari buah-buahan dan lain-lain. Molase mengandung 5055% gula yang dapat difermentasi, yang terdiri dari atas 69% sakhrosa dan 30% gula inversi.
2. Bahan yang mengandung pati misalnya: padi-padian, jagung, gandum, kentang sorgum, malt, barlrey, ubi kayu dan lain-lain.
3. Bahan-bahan yang mengandung selulosa, misalnya: kayu, cairan buangan pabrik pulp dan kertas (waste sulfire liquor)
4. Gas-gas hidrokarbon Sumber-sumbrer bahan ini pada negar-negara penghasil alkohol berbeda-beda tergantung pada banyaknya bahan-bahan yang dapat diperoleh di negerinegeri itu, misalnya :
Jerman : bahan dasar kentang
Prancis : bahan dasar gula bit
Swedia : bahan dasar sulfat pulp
Indonesia : bahan dasar molase (tetes)

Substansi saknarin sebagai bahan baku

Pada umumnya sebagai media untuk produksi alkohol secara komersial pada industri fermentasi alkohol di Indonesia dipakai tetas (molase) yang bisa didapatkan secara luas dan murah.
Tetes merupakan hasil samping dari industri gula yang didapatkan setelah sakhorasanya dikritalisasai dan disentrifusi dari sari gula dan tebu. Proses penguapan dan pengkristalan ini biasanya dilakukan tiga kali sampai tetes tidak lagi ekonomis untuk diperoleh. Sisa tetes/cairan dikenal sebagai “black staf molase” yang merupakan campuran kompleks yang mengandung sakhrosa, gula invert, garam-garam dan bahan-bahan non gula. Di samping sakhrosa, glukosa dan fluktosa yang dapat difermentasi, molase juga mengandung substansi-substansi pereduksi yang tidak dapat difermentasi. Bahan-bahan ini antara lain karamel yang terjadi karena pemanasan gula, melanodin yang mengandung nitrogen dan terdapat pula hidroksi metil furfural, asam fominat dan lain-lain. Bahan yang tidak dapat difermentasi ini bisa mencapai 17% dalam black strap molasse, dan sebesar 5% dalam high test molase. Tetes bersifat asam, mempunyai pH 5,5-0,5 yang disebabkan olah adanya asam-asam organik bebas. Kualitas tetes yang dihasilkan dari suatu industri gula dipengaruhi oleh cara pembersihan nirsnya. Bila kurang sempurna, maka kotoran banyaki terdapat dalam tetes. Warna tetes umumnya coklat kemerahan. Hal ini disebabakan antara lain pigmen maladonin, degradasi thermal dan kimiawi dari komponen-komponen selain gula.

2.3.3. Mikroba Fermentasi
Dalam proses fermentasi alkohol digunakan ragi. Ragi ini dapat mengubah glukosa menjadi alkohol dan gas CO2. Ragi merupakan mikroorganisme bersel satu, tidak berklorofil dan termasuk golongan eumycetes. Dari golongan ini dikenal beberapa jenis, antara lain Saccharomyces anamenesis, Schizosaccharomyces pombe dan Saccharomyces cereviside. Masing-masing mempunyai kemampuan memproduksi alkohol yang berbeda. Syarat-syarat yang dipergunakan dalam memilih ragi untuk fermentasi, adalah :
Cepat berkembang biak
Tahan terhadap alkohol tinggi
Tahan terhadap suhu tinggi
Mempunyai sifat yang stabil
Cepat mengadakan adaptasi terhadap media yang difermentasi

Untuk memperoleh jenis ragi yang mempunyai sifat-sifat seperti di atas, harus dilakukan percobaan-percobaan di laboratorium dengan teliti. Pada umumnya ragi yang dipakai untuk pembuatan alakohol adalah jenis Saccharomyces cerevisae, yang mempunyai pertumbuhan sempurna pada suhu + 300 C dan pH 4,8.
Ragi menurut kegiatan selama fermensi terbatas atas dua bagian, yaitu : Tup yeast (ragi atas) Ragi yang aktif pada permukaan atas media, yang menghasilkan ethanol dan CO2 dengan segera. Jenis ini biasanya dijumpai pada industri alcohol dan anggur. Botton Yeast (ragi bawah) Yeast yang aktif pada bagian bawah. Biasanya industri penghasil bir yang menggunakan ragi bawah ini yang menghasilkan ethanol sedikit dan membutuhkan waktu yang lama untuk kesempurnaan fermentasi.

Dalam kondisi yang normal, top yeast cenderung untuk berokulasi dan memisahkan diri dari larutan, ketika fermentasi berjalan sudah sempurna. Starin ragi yang bervariasi itu berbeda dalam kemampuan berfokulasi.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan ragi
a. Nutrisi (zat gizi)
Dalam kegiatannya ragi memerlukan penambahan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembanbiakan, misalnya :
- Unsur c : ada pada karbohidrat
- Unsur N : dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen, ZA, Urea, Anomia, Pepton dan sebagainya.
- Unsur P : penambahan pupuk fospat dari NPK, TSP, DSp dan lain-lain.
- Mineral-mineral
- Vitamin-vitamin

b. Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkoholis, ragi memerlukan media suasana asam, yaitu antara pH 4,8– 5,0. Pengaturan pH dilakukan penambahan asam sulfat jika substratnya alkalis atau natrium bikabonat jika substratnya asam.

c. Temperatur Temperature optimum untuk dan pengembangbiakan adalah 28 – 300C pada waktu fermentasi, terjadi kenaikan panas, karena ekstrem. Untuk mencegah agar suhu fermentasi tidak naik, perlu pendinginan supaya suhu dipertahankan tetap 28-300C. d. Udara Fermentasi alcohol berlansung secara anaerobic (tanpa udara). Namun demikian, udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi, untuk pengembangbiakan ragi sel.

2.5. Proses Pembuatan Alkohol dari Tetes
Proses pembuatan alkohol secara industri tergantung bakunya. Bahan yang mengandung gula biasanya tidak atau sedikit saja memerlukan pengolahan pendahuluan. Tetapi bahan-bahan yangmengandung pati atau seluloda harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi gula yang dapat menjadi gula yang dapat difermentasikan. Pada prinsipnya reaksi dalam proses pembuatan alcohol dengan fermentasi adalah sebagai berikut : C2H5OH + CO2 C6H12O6
Proses fermentasi dari tetes yang meliputi sederhana banyak dikerjakan secara industri. Pada pokoknya, proses ini meliputi pengenceran tetes, pengembangbiakan (peragian) ragi, fermentasidan distilasi. Tiap ton produksi mengahasilkan lebih kurang 190 liter molase. Rata-rata molase mengandung 50 – 55% gula yang dapat difermentasi (terutama sakhrosa (70%(, glukosa dan fluktosa (30%)). Tipa ton molase dapat menghasilakan 280 liter alcohol.
2.5.1. Tahap –tahap Proses
Pada prinsipnya pembuatan alcohol terbagi dalam tahap–tahap proses sebagai berikut : 1. Pengolahan Tetes Pengolahan tetes merupakan hal yang penting dalam pembuatan alcohol. Pengolahan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi yangoptimumkan untuk pertumbuhan ragi dan untuk selanjutnya. Yang perlu disesuaikan dalam pengolahan ini adalah pH, konsentrasi gula dan pemakaian nutrisi. Tetes yan dihadapkan dari pabrik gula biasanya masih terlalu paket (850 Brix), oleh karena itu perlu diadakan pengenceran lebih dahulu untuk mendapatkan kadar gula yang optimum (120 Brix untuk pembibitan dan 240 Brix pada fermentasi). Pengaturan pH diatur dengan penambahan asam H2SO4 hingga dicapai pH 4 – 5. Meskipun tetes cukup mengandung zat sumber nitrogen namun seperti ammonium sulfat atau ammonium fosfat.
2. Sterilisasikan tetes Untuk mencegah adanya mikroba kontamin hidup pembibitan maupun selama fermentasi, tetes dipasteurisasikan dengan pemanasan memakai uap pada suhu sekitar 750C, kemudian diingikan selama 1 jam sampai suhu 300C. Tetes yang telah banyak sedikit sterisl ini siap dipaki untuk kebutuhan dalam pembibitan atau fermentasikan.
3. Pengembangbiakan (Pembibitan) ragi Proses ini dimaksudkan untuk memperbanyak sel – sel ragi supaya sejumlah sel ragi banyak sebelum digunakan dalam fermentasi alcohol. Ragi yang digunakan pada fermentasi alcohol sel ragi ini tidak dapat dilakukan secara langsung, tetapi harus dilakukan secara bertahap dengan maksud untuk adaptasi dengan lingkungan. Mula – mula dilakukan dalam jumlah kecil pada skala laboratorium, kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam tangki induk pembibitan. Tangki-tangki tersebut dilengkapi dengan cooler dengan aerobic dengan erasi udara. Tangkitangki tersebut dilengkapi dengan cooler dengan maksud untuk pengaturan suhu 28 – 300 selama diinkubasi.
4. Fermentasi Fermentasi dilakukan dalam tangki fermentasi. Fermentasi dilakukan pada kepekatan tetes baru. pH diatur menjadi 4 – 5. Untuk terjadinya fermentasi alcohol, maka dibutuhkan kondisi anaerob hingga diharapkan sel ragi dapat melakukan peragian yang akan mengubah tetes yang mengandung gula menjadi alcohol. Pada proses fermentasi ini dapat diserap, maka diperlukan pendinginan untuk menjada temperature tetap pada ± 300C selama proses fermentasi yang berlangsung selama 30 – 40 jam. Gas CO2 yang terjadi dalam tangki fermentasi ditampung menjadi satu untuk kemudian direcovery. Alcohol yang ikut aliran gas CO2 dipisahkan dengan jalan ditangkap oleh air yaitu adanya water scrubber yang diletakkan diatas tangki. Pada akhir fermentasi, kadar alcohol berkisar antara 8 – 10% volume. Hasil fermentasi ini dialirkan ke bak penampung, kemudian dipompa ke bagian distilasi. Cairan hasil fermentasi disebut bir (“beer”).
5. Distilasi Produk hasil fermentasi mengandung alkohol yang rendah, disebut bir (beer) dan sebab itu perlu di naikkan konsentrasinya dengan jalan distilasi bertingkat. Beer mengandung 8 – 10% alkohol. Maksud dan proses distilasi adalah untuk memisahkan etanol dari campuran etanol air. Untuk larutan yang terdiri dari komponen-komponen yang berbeda nyata suhu didihnya, distilasi merupakan cara yang paling mudah dioperasikan dan juga merupakan cara pemisahan yang secara thermal adalah efisien. Pada tekanan atmosfir, air mendidih pada 1000C dan etanol mendidih pada sekitar 770C. perbedaan dalam titik didih inilah yang memungkinkan pemisahan campuran etanol air.
Prinsip : Jika larutan campuran etanol air dipanaskan, maka akan lebih banyak molekul etanol menguap dari pada air. Jika uap-uap ini didinginkan (dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan itu akan lebih tinggi dari pada dalam larutan aslinya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan kemudian dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi. Proses ini biasdiulangi terus, sampai sebagian besar dari etanol dikonsentrasikan dalam suatu fasa. Namun hal ini ada batasnya. Pada larutan 96% etanol, didapatkan suatu campuran dengan titik didih yang sama (azeotrop). Pada keadaan ini, jika larutan 96% alkohol ini dipanaskan, maka rasio molekul air dan etanol dalam kondensat akan teap konstan sama. Jika dengan cara distilasi ini, alcohol tidak bias lebih pekat dari 96%. Cara distilasi Untuk memisahkan alkohol dari campuran dan meningkatkan kadar alkohol, beer perlu didistilasi.
Pada prinsipnya unit distilasi mempunyai 3 jenis kolom, yaitu :
− Kolom “beer” (beer still)
− Kolom “rektifikasi” (rectifying column)
− Kolom pemurnian (purifying column)

Kolom Beer Dari bak penampung, “beer” dengan kadar alkohol 8–10% dipompakan ke dalam kolom “beer” melalui alat penukar panas (heat exchanger). Di dalam alat ini “beer” akan mengalami pemanasan karena adanya perpindahan panas. Didalam kolom “beer” alkohol dan zat yang mudah menguap lainnya akan dari cairan yang mempunyai titik didih tinggi. Cairan ini merupakan campuran air dan bahan-bahan bergula yang tidak terfermentasi. Cairan ini merupakan limbah yang disebut “stillage” atau “vinasse panas”. Kemudian cairan ini dialirkan dari bagian bawah kolom melalui alat penukar panas dengan suhu tertentu untuk selanjutnya dibuang. Stillage ini mengandung protein–protein, sisa–sisa gula, dan dalam keadaan tertentu juga produk–prroduk vitamin. Baik untuk makan ternak. Kolom rektifikasi “Kolom pemurnian” (purirying column) berfungsi untuk mempertinggi kualitas alkohol yang dihasilkan. Di dalam kolom ini alkohol dipisahkan dari aldehida dan zat yang mudah menguap lainnya hingga diperoleh alcohol 96% yang biasa dikenal sebagai alkohol teknis. Dalam kondisi ini alkohol absolute harus dilakukan proses dehidrasi di dalam “dehydrating still” dengan penambahan larutan ketiga sebagai pengikat air yang ada dalam campuran azeotrop tersebut.

Minuman beralkohol
Minuman beralkohol yang dibuat dengan fermentasi dapat dibagi dalam 3 (tiga ) tipe :
1. Tipe “mead” yang menggunakan bahan baku madu atau cairan tumbuh– tumbuhan, seperti cairan (lobong) pohon enau.
2. Tipe anggur (rome) dari sari buah–buahan, dan
3. Tipe bir dengan bahan baku zat pati yang berasal dari biji-bijian.

Bir Kita kenal 3 istilah untuk minuman yang disebut bir, ialah: bir, ale dan stout. 1. Bir adalah minuman yang fermentasi dengan menggunakan ragi bawah (bottom fermenting yeast);
2. Ale adalah bir yang difermentasi dengan menggunakan ragi atas (top fermenting yeast);
3. Stout ialah bir yang difermentasi dengan ragi atas seperti ale, namun bahan baku yang digunakan hanya malt saja, tanpa tambahan sumber pati lain seperti jagung, dan produknya berwarna kehitam–hitaman.

2.6.1. Bahan baku
1. Malt
Malt berasal dari biji barley (hordenun sativum) yang telah dikecambahkan selama beberapa hari dan kemudian dikeringkan untuk menghentikan pertumbuhan selanjutnya, proses keseluruhan dari biji barley hingga malt dinamakan malting.
2. Hop
Bunga hop berasal dari bunga betina dua spesies humulus, Humulus lupulus L dan humulus Japanicus. Bunga hop terdiri atas (1) stipular bract yang tidak berguna dan (II) biji bracteole yang melekat pada tangkai utama.
3. Air
4. Bahan baku pati tambahan Ragi
Ragi yang digunakan untuk fermentasi alkohol alkohol adalah Saccharomyces cerevisiae.

2.6.2. Proses produksi bir
1. Poses pertama adalah “mashing”.
Tujuan dari mashing adalah untuk melarutkan sebanyak mungkin zat-zat dari malt dan sumber zat pati lain dengan cara hidrolisa dari zat pati dan polisakharida, dan juga menghidrolisa protein. Caranya ialah mula – mula dengan mencapurkan sejumlah air pada malt yang telah digiling dan kemudian ditambahkan sumber zat pati lain. Kemudian suhu dinaikkan sampai 65 – 700C dan membiarkan enzim-enzim amilasa (diatas) dari malt menghidrolisa zat pati menjadi gula - gula yang larut dan dekstrin. Proses pengubahan zat pati menjadi gula disebut sakharifikasi. Enzim protease protein menjadi molekul-molekul yang sederhana dan larut. Waktu masing ini ± 1 jam. Kemudian suhu ditingkatkan lagi sampai 750C untuk menginaktilasi enzim. Material yang tidak larut mengendap.

2. Proses pemisahan.
Pemisahan material yang tidak larut dari cairan yang terlarut (yang disebut wart) biasa dilakukan dengan tangkai penyaring yang disebut “lautertub”. Kemudian ditambahkan hop pada wort dan didihkan selama ± 2,5 jam dan kemudian difiltrasi untuk memisahkan endapan–endapan albumin, resin–resin hop, protein.

3. Pendidihan wort.
Pendidihan wort dimaksudkan untuk :
1). Mengentalkan wort– wort;
2). Sterilisasi;
3). Inaktifasi enzim;
4). Ekstraksi substans yang larut dari hop
5). Koagulasi protein dan lain – lain substansi;
6). Karamelisasi gula sedikit. Substansi–ubstansi ekstrak dari hop adalah zat – zat yang pahit, dan resin yang menyebabkan cita rasa khas dari bir.

4. Fermentasi.
Ragi–ragi yang digunakan dalam fermentasi bir adalah spesies saccharomyces cerevisiae, termasuk straim – straim ragi bawah dan atas. Perbedaan ragi atas dan bawah ini tergantung apakah ragi – ragi itu berpindah ke bagian atas tangki atau mengendap ke bawah tangki pada waktu periode fermentasi aktif. Untuk produksi bir biasa digunakan ragi bawah. Fermentasi dari wort dilakukan pada suhu 3,3 – 140C. Fermentasi berakhir pada waktu 8 – 14 hari.
PH fermentasi adalah 5.0 - 5.4. pH yang rendah ini akan menghalangi pertumbuhan mikroba lain yang tidak dikehendaki. Setelah fermentasi jadi alkohol dan CO2, pH akan turun lagi menjadi 4.2 – 4.8.
Pada proses fermentasi terjadilah pemecahan gula menjadi alkohol dan CO2, ditambah sedikit gliserol dan asam asetat.
Reaksi ini adalah eksoterm Fermentasi utama berlangsung 4 hari. Wort yang telah mengalami fermentasi ini disebut “bir muda”. Pematangan Bir muda ini kemudian dimatangkan (aging) dalam bejana – bejana pada suhu sekitar O0C selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Selama periode ini, terjadi rada dan aroma yang disebabkan oleh timbulnya ester – ester. Setelah pematangan, dilakukan penyaringan dan pembotolan serta pasteurisasi.

III. KESIMPULAN
Pembuatan alkohol dapat dilakukan dengan berbagai proses, antara lain : produksi alkohol dengan cara fermentasi dan proses pembuatan alkohol dengan cara fermentasi dan proses pembuatan alkohol dari tetes. Adapun proses pembuatan alkohol tergantung pada bahan baku yang dipakai. Pada proses pembuatan alkohol dengan cara fermentasi bisa diproduksi dari 3 macam karbohidrat yaitu :
1. Bahan–bahan yang mengandung gula atau disebut juga substansi sakharin yang rasanya manis.
2. Bahan yang mengandung pati
3. Bahan yang mengandung selulosa
4. Gas–gas hidrokarbon Sedangkan proses pembuatan alkohol dari tetes dengan bahan yang mengandung gula.